POSISI DAN URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan aset yang tak
ternilai bagi individu dan masyarakat. Secara pengertian, pendidikan dapat
dijelaskan oleh Poerbakawatja dan Harahap (1981) dalam Muhibbin Syah menyatakan
pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan
pengaruhnya meningkatkan si anak ke dewasaan yang selalu diartikan mampu
menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Tujuan adanya
pendidikan adalah untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan
yang dimiikinya sesuai jati diri yang ada dalam dirinya sejak ia lahir,
agar mampu menjadi sebuah generasi bangsa dan negara yang memiiki karakter yang baik sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Lebih lanjut Baharuddin (2007: 107) menjelaskan bahwa “usaha-usaha pendidikan (tarbiyah) bagi manusia menjadi suatu kebutuhan pokok guna menunjang pelaksanaan amanat yang dilimpahkan Allah swt kepadanya”. Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang dberikan di sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks sesuai dengan tahap penjenjangnya. Pada dasarnya awal pendidikan yang didapat oleh manusia adalah melalui pendidikan didalam keluarga. Karena sejak manusia dilahirkan di muka bumi, keluarga yang menjadi pondasi utama pendidikan bagi anak, misalnya belajar berjalan, berbicara, menghitung dan lainnya.
agar mampu menjadi sebuah generasi bangsa dan negara yang memiiki karakter yang baik sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Lebih lanjut, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa ”pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Lebih lanjut Baharuddin (2007: 107) menjelaskan bahwa “usaha-usaha pendidikan (tarbiyah) bagi manusia menjadi suatu kebutuhan pokok guna menunjang pelaksanaan amanat yang dilimpahkan Allah swt kepadanya”. Pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan yang dberikan di sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang diberikan di dalam keluarga, tetapi tingkatannya jauh lebih tinggi dan lebih kompleks sesuai dengan tahap penjenjangnya. Pada dasarnya awal pendidikan yang didapat oleh manusia adalah melalui pendidikan didalam keluarga. Karena sejak manusia dilahirkan di muka bumi, keluarga yang menjadi pondasi utama pendidikan bagi anak, misalnya belajar berjalan, berbicara, menghitung dan lainnya.
Pendidikan menempati kedudukan yang
paling sentral dalam kehidupan keluarga, sebab ada suatu kecenderungan yang
sangat kuat pada manusia, bahwa mereka ingin melestarikan keturunannya, dan ini
dapat dicapai melalaui pendidikan.Dalam pendidikan segi moral, agama, ekonomi,
intelektual, estetika, bahkan politis, ibu dan bapak berperan sebagai pendidik
dalam keluarga. Walaupun tidak ada kurikulum khusus tertulis yang merea buat
atau ikuti, dengan berpegang pada cita-cita dan keyakinan yang dianutnya
sebagai rencana pendidikan, dan kasih sayang sebagai dasar perbuatan mendidik,
para orang tua melakukan upaya-upaya dan tindakan pendidikan. Selain dalam
kedua lingkungan yang telah dijelaskan sebeumnya, yaitu lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah, peserta didik juga bisa mendapatkan pendidikan melalui
lingkungan masyarakat. Disaat anak atau remaja menjadi peserta didik di dalam
lingkungan pendidikan, maka mereka sebenarnya telah berada, hidup dan
berkembang di dalam lingkungan masyarakat, namun setelah anak itu lulus atau
selesai dalam menjalani masa pendidikan maka mereka harus masuk ke dalam
lingkungan masyarakat dengan status yang lain, yang menunjukkan tingkat
kedewasaan dan kemandirian yang tinggi.
Selanjutnya, Suhartono (2005: 48)
mengemukakan bahwa dengan menjalani pendidikan dan sosial di dalam lingkungan
pendidikan maka peserta didik dapat mematangkan kepribadian dengan potensi
intelektual, sehingga mampu mengembangkan sikap ilmiah, benar dan jujur. Selain
itu, kepibadian yang matang potensi sosialnya, sehingga mampu emerankan dirinya
secara pragmatis dan berguna bagi upaya pengembangan kehidupan masyarakatnya.
Dengan
memahami pengertian dan definisi pendidikan secara luas, maka akan mudah
dipahami apa harapan yang diinginkan semua pihak dalam pelaksanaan pendidikan
itu sendiri. Harapan dalam praktik pendidikan adalah dengan adanya pendidikan
diharapkan semua peserta didik akan mampu untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dapat dipaparkan pula,
pendidikan memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai berikut.
1.
Fungsi Pengembangan, pendidikan memiliki
fungsi untuk mengembangkan potensi atau keunikan individu, baik yang terkait
dengan aspek intelektual, emosional, sosial, maupun moral spiritual;
2.
Fungsi Penyesuaian, pendidikan harus
mampu untuk dapat memfasilitasi perkembangan karakteristik individu yang
beragam tersebut; dan
3.
Fungsi Integratif, fungsi pokok
pendidikan lainnya adalah mengintegrasikan nilai-nilai sosial budaya ke dalam
kehidupan para peserta didik, seperti menyangkut tata krama, solidaritas,
toleransi, empati.
Menurut Rochman
Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu
tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan
dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan
sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. Dari penjelasan yang
telah dijelaskan sebelumnya , bimbingan dapat memiliki makna yaitu sebagai
berikut.
1. Bimbingan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan bukan kegiatan yang seketika atau
kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan
berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan; dan
2. Makna
bantuan dalam bimbingan menunjukkan bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri,
mengatasi masalah, atau mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik
sendiri.
Berikutnya, menurut Robinson dalam buku
yang ditulis oleh M. Sunarya dan Rochmana N., 1986: 25) mengartikan konseling
adalah “semua bentuk hubungan antara dua orang, dimana seorang, yaitu klien
dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan dri secara efektif terhadap dirinya
sendiri dan lingkungannya”.
Posisi bimbingan dalam pendidikan adalah
memiliki posisi yang sangat penting dan sangat utama dalam proses pendidikan.
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan
utamanya yaitu, bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional dan
kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling). Pendidikan
yang hanya melaksanakan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan
individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki
kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Dengan adanya bidang
bimbingan, dapat memberikan dampak positif terhadap pengembangan individu
peserta didik. Tujuan bimbingan dalam proses pendidikan, adalah sebagai
berikut.
1.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek pribadi sosial individu adalah memiliki sikap toleransi
terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan
kewajiban masing-masing, memiliki sikap positif atau respek terhadap diri
sendiri dan orang lain, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara
efektif, dan lain-lain;
2.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah memiliki motif yang tinggi untuk
belajar sepanjang hayat, memiliki keterampilan atau teknik belajar yang
efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat
pelajaran, mempersiapkan diri menghadapi ujian, dan lain-lain; dan
3.
Tujuan bimbingan dan konseling yang
terkait dengan apek karir adalah memiliki pemahaman diri yang terkait dengan
pekerjaan, memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, memiliki kemampuan untuk
membentuk identitas karir dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, memiliki
kemampuan merencanakan masa depan, dan lain-lain.
Jenis-jenis bimbingan dalam praktik
pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.
Bimbingan akademik, bimbingan yang
diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan
masalah-maslaah akademik;
2.
Bimbingan sosial-pribadi, bimbingan
untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial pribadi
(maslaah hubungan dengan sesama teman, dosen, staff, dan lainnya); dan
3.
Bimbingan karier, yaitu bimbingan untuk
membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan pemecahan
masalah-maslaah karir, seperti pemahaman terhadap jabatan dan tugas-tugas
kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan diri, pemahaman kondisi lingkungan,
perencanaan dan pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi.
DAFTAR
PUSTAKA
Makmun,
Abin Syamsudin. 2012. Psikologi
Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Suhartono,
Suparlan. (2005). Wawasan Pendidikan.
Makassar: Ar-Ruzz Media.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.
Tim
MKDP Landasan Pendidikan UPI. (2014). Landasan
Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan Universitas
Pendidikan Indonesia.
Yusuf,
Syamsu, dkk. (2011). Landasan Bimbingan
dan Konseling. Bandung: PT. Rosda.
0 Response to "POSISI DAN URGENSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN"
Posting Komentar